Tapi dengan segala keterbatasannya, Wangi memiliki keahlian khusus yang jarang dimiiki oleh orang lain. Bisa dikatakan Wangi mendapat anugrah dari alam.
Dengan kondisi tidak bisa melihat, Wangi yang juga pandai "mekidung" memainkan 'rindik' , masih memiliki keahlian yang mungkin salah satu orang di Dunia yang bisa membuat 66 Jeni's ketupat.
Katanya sejak usia 11 tahun, Wangi Sudah belajar membuat beebagai macam ketupat. "Sejak usia 11 tahun Saya Sudah belajar membuat ketupat. Sekitar 1 bulan 10 hari saya Sudah bisa membuat 66 Jeni's ketupat.''katanya.
Jenis ketupat yang dibuat bukan ketupat biasa tetapi Jeni's ketupat 'langka' yang Hanya dipergunakan pada upacara ngaben besar. Seprti ketupat puser, ketupat terompong, ketupat Gumi, ketupat Sawan Yeh, Garuda Dan lain lain.
"Kalau upacara ngaben baru dipergunakan Jenis-jenis ketupat tersebut. ''ungkap Nyoman Wangi.
Untuk membuatnya mulai dari hitungan detik hingga satu berjam-jam.
"Seperti ketupat puser atau gumi penherjaannya sangat rumit Dan perlu keahlian khusus. Mulai proses menyambung daun lontar, kemudian neres, hingga merakit bisa sampai 3 jam,"imbuhnya
Menurut Nyoman Wangi dirinya sangat menyenangi profesi pembuat ketupat tersebut meskipun orderannya tidak banyak dan upahnya pun jauh dari cukup untuk menghidupi tiga anak n seorang istri. "Tidak seberapa hasilnya tapi selalu bersyukur"katanya.
Nyoman Wangi saat ini hidup dengan tiga orang anak yang masih melanjutkan sekolah dan seorang istri yang berpeofesi sebagai cleaning service. Dengan gaji Hanya Rp.600 ribu perbulan. "Jauh dari cukup tapi bagaimana lagi."jelasnya.
Dengan kondisi demikian Nyoman Wangi sampai tidur berlima dalam satu kamar. Hatapan bantuan perbaikan rumah dari pemerintah sejak tiga tahu lebih belum kunjung turun. Rumah tempat tinggalnya rusak parah atap seng nyaris jebol, demikian kayu kayu rumah nyaris habis dimakan rayap.
Ironisnya Nyoman Wangi yang pernah mendapat Juara Mekidung tingkat Provinsi Bali dengan hadiah pembinaan Rp.7 juta, Wangi mengaku pihaknya Hanya mendapat Rp.200.000-.
SAMPAI saat ini Bali masih belum bebas PASUNG. Kegiatan SIMH (Siryani Institute for Mental Health) yang dikoordinir Dr.dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.Kj memantau sambil memberikan pengobatan kepada beberapa penderita gangguan jiwa di willayah Buleleng Timur. Desa Bungkulan,Desa Bebetin Dan Desa Bontihing.
Getir , menari diantara kegersangan jiwa, kemiskinan - memporakporandakan mata hati kami yang tiada guna ini.
Semoga Kita bisa membuka mata hati dalam hidup - untuk bisa berbuat dan lebih bermakna. Mari berbagi dengan sesama.